Hai, namaku Fianita Azzahra. Orang-orang biasa memanggilku fian. Aku
adalah anak tunggal mamah dan papah sejak kematian adikku 2 tahun silam.
Saat itu umurku telah menginjak tahun ke 7. Dimana mamah melahirkan
seorang bayi laki-laki disebuah rumah sakit jakarta pusat. Bayi itu
terlihat lebih pucat dan berbeda dari bayi normal yang pernah aku temui.
Mamah memang mengatakan jika aku akan memiliki seorang adik, tapi
aku tak pernah mengira akan memiliki adik laki-laki. Karena bayanganku
hanya berfokus pada kumpulan koleksi barbie yang akan ku mainkan bersama
adikku kelak. Tentu saja itu jika adikku adalah perempuan.
Hm.. Rasanya aku tak bisa berharap lagi. Mana mungkin adikku mau bermain bersama kumpulan barbie-barbie ku itu? :(
Tapi dugaanku salah, kino tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan.
Dia bahkan sering menemaniku bermain dan bercanda di kamar. Aku merasa
bangga telah memiliki adik sepertinya. Hingga suatu ketika,
Kino mengalami banyak pendarahan pada hidungnya dan menyebabkan dia
harus dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari ke depan. Deg..! Bagai
tersambar petir dan masuk dalam pusaran tornado yang dasyat. Aku
meneteskan air mata tatkala mamah menceritakan penyakit yang
disembunyikan kino dariku sejak kecil. Dia mengidap kelainan jantung.
"kenapa kino gak pernah bilang sama aku mah" aku mencoba bertanya disela tangisanku
"kino gak mau bikin kamu sedih katanya, dia gamau liat kakaknya nangis gara-gara dia" mamah membelai rambutku lembut
"tapi mah! fian kan juga berhak tau tentang penyakit kino :'( "
"iya mamah ngerti fian. tapi kino sendiri yang melarang mamah dan papah untuk cerita ke kamu"
"aaa semua jahat!"
Aku bergegas pergi meninggalkan mamah yang terpaku memandangku.
Tatapanku nampak sayu dengan kaki yang tergopoh-gopoh mencoba untuk
terus berlari. "Maafkan kakak kino, kakak emang bodoh gak pernah
menyadari penyakit kamu" tukasku lirih.
Langkahku terhenti ketika sosok kino melintas bagai kilat di pikiranku.
Aku kembali menangis dan mengutuki diriku sendiri. Tak ada gunanya jika
aku terus berlari menjauh darinya, sedangkan pikiranku masih mematung
pada bayang-bayang kino.
Sejam sudah kino tak sadarkan diri dalam ruang ICU. Tak kuasa aku menatap wajahnya yang terbaring tanpa daya. Rasanya ingin sekali aku berbagi rasa sakit itu padanya. Agar adik kecilku dapat tersenyum dan menemani hari-hariku lagi.
"fian, kamu pulang aja istirahat. biar mamah yang gantian jaga kino" tegas mamah
"enggak mah, fian mau nemenin kino aja sampai dia sadar"
"tapi sayang.. kamu kan besok harus masuk sekolah" jelas mamah
"mah, fian mohon. kali ini aja biarin fian nemenin kino" jawabku
"oke mamah ijinin, tapi lusa kamu harus sekolah ya"
Tak ada jawaban pasti dariku saat ini, aku sedang tak memikirkan
apapun selain kesembuhan kino. Maka aku hanya mengangguk untuk
meyakinkan mamah.
Berkali-kali aku melihat denting jarum jam yang terus berputar. Kini
waktu telah menunjukkan pukul 3 dini hari. Itu artinya telah lewat
seharian kino masih tak sadarkan diri juga. Mamah bahkan tak
henti-hentinya menangis manakala dokter mengatakan kemungkinan kino
bertahan hanya sebuah keajaiban.
Ku pegangi tangan dingin kino dengan penuh rasa takut. Dan air mataku pun ikut mengalir turun membasahi tangan kami. Membuat tanganku semakin beku dalam lamunan tentang kino.
"k..ka..kakak.." kino membuka matanya
"ah kino, kamu udah sadar? syukurlah" aku mencoba tersenyum
"i..iya kak" kino menggenggam tanganku
"kak.." dia meneruskan perkataannya
"iya sayang, kenapa?"
"kakak inget mawar yg sering kita petik di taman?" kino menatapku lekat-lekat
"ya, kakak inget"
"boleh kino minta mawar itu dari kakak?"
Deggg!! Aku merasakan tubuhku kaku dan air mata mulai menetes di
sela-sela senyumanku. Apa maksudnya tuhan? Kino? Mawar? kata-kata itu..
Ah! Otakku saja sudah tak mampu lagi mencerna kata-katanya. Untuk apa
aku perdulikan. Toh adikku telah siuman dan dia hanya menginginkan mawar
itu dariku. Tolong bantu aku tersenyum dihadapan kino tuhan :')
"iya no, kamu mau mawar apa? biar kakak beliin" aku berusaha menutupi tangisanku
"enggak kak, kino gak mau mawar yg kakak beli. kino cuma mau mawar di taman itu" kino menjelaskan
"tapi no, tamannya kan jauh dari rumah sakit"
"kino mohon kak.. kino janji ini untuk yg terakhir kalinya"
"baiklah, kamu tunggu disini. biar kakak ambilkan mawar itu"
Aku mengayuh sepedaku lebih cepat, berharap masih ada mawar yang
tersisa di taman sebelum anak-anak lain mengambilnya untuk pesta minum
teh. Ya, itulah kebiasaan kami dulu. Menghabiskan hari dengan minum teh
bersama boneka-boneka konyol itu.
"arrrgh" aku mengeluh kesakitan
"fian?" aku menoleh
"iya? eh binar, kok kamu ada disini?"
"tadi kebetulan lewat, loh fian? tangan kamu kenapa?"
"ah sudahlah, aku gapapa kok"
"tapi tangan kamu terluka fian. sini biar aku obati" binar membersihkan dan menutup lukaku dengan sapu tangannya
"aaah..sakit"
"sabar ya, nah selesai deh" binar menyunggingkan senyumnya
"makasih ya binar, tapi maaf aku harus segera pergi"
"kemana?"
"nanti aja aku ceritain lain kali, daaah!"
Aku melambaikan tanganku dan kembali
mengayuh sepeda menuju rumah sakit. Setibanya disana, aku melihat mamah
menangis dan papah terduduk lesu di sampingnya.
"mah, ada apa?" tanyaku penasaran
"kino, dia mencari kamu sejak tadi" ucap mamah terisak
Aku berlari menuju kamar kino, melempar jaketku dan ku genggam erat
mawar-mawar itu. Sakit rasanya merasakan duri-duri mawar yang ku genggam
semakin melesak masuk ke dalam kulitku.
Tapi aku tak perduli, ya aku sama sekali tak menghiraukannya!
"KINOOO!!"
Kubuka pintu tepat dimana kino terbaring dengan lemah. Jarinya menggenggam sebuah surat dan dia tersenyum.
"no, ini mawar yg kamu minta. kakak berhasil dapetinnya" tangisanku tak dapat lagi terbendung
"ma..maka..sih kak" ucap kino terbata-bata
"iya no, apapun akan kakak lakukan untuk kamu" aku memeluknya
"kak..ki..kino udah gak kuat, kino nitip su..surat ini buat mamah papah ya" pandangannya mulai memudar
"gak no, kamu gak boleh ngomong kaya gitu!" :'(
"ta..tapi kak, aku harus pergi. maafin aku..aku sayang kakak" kino membalas pelukanku
Semenit, dua menit, tiga menit, dan kurasakan pelukannya mulai
melemah. Hingga akhirnya dia terjatuh dengan nafas yang tak lagi
berfungsi. Dia telah tiada! Nafas beratnya menutup lembaran kisah hidup
kino selama ini.
Mamah semakin histeris menangis, dan papah memeluknya erat. Mencoba
menenangkan mamah bahwa ini adalah takdir dari mu tuhan. Kepalaku
berkunang-kunang, tubuhku sangat letih dan aku terjatuh tak sadarkan
diri. Saat aku membuka mata dan mencoba melupakan semua kesedihanku.
Binar datang,
Dia membawakan sepucuk surat yang kino tuliskan untukku. Aku membukanya
pelan, namun rasanya aku tak akan mampu membaca surat itu sendirian.
Maka binar membantuku membacakannya.
---------@?@----------
12 Agustus 2013
Kak..
Mungkin saat kakak baca surat ini, kino udah gak ada disisi kakak. Udah gak bakal bisa meluk kakak, nemenin kakak main dan metikin kakak mawar di taman.
Kak..
Kino sayang banget sama kakak! Kino nggak pernah nyesel pernah jadi
adik dari perempuan secantik kakak. Kakak itu salah satu alasan kino
buat bertahan selama ini.
Maafin kino kak,
Kino gak bermaksud nyembunyiin penyakit kino dari kakak. Kino cuma
gamau liat kakak sedih, kino gak mau gara-gara penyakit kino. Kakak gak
berani ngajak kino main.
Sekarang kino udah tenang disini sama Allah kak, jaga mamah sama papah ya. Jadi anak yang baik :)
Kino sayang kalian {}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar