Kamis, 08 Juni 2017

Misteri Perpustakaan Desa Aloba

Gerald menyadari Carlos tak menghiraukannya. Merasa tak diperdulikan, Gerald pun memutuskan untuk menghampiri Carlos. Melihat apa yang sedang sahabatnya ini lakukan.

"Gerald, coba perhatikan relief ini. Bukankah ini relief kuno yang kita temukan di dinding gua minggu lalu?"

"Oh ya! Ini sama persis dengan relief gua yang kita temui di hutan minggu lalu."

"Apa kau masih menyimpan dokumentasi terjemahannya Gerald?"

"Tentu saja. Tunggu sebentar."

Gerald mengeluarkan sebuah kertas lusuh dari ranselnya dan menyerahkannya pada Carlos. Mereka berdua terlihat antusias mencocokkan setiap relief dengan terjemahannya.

Tak terasa fajar hampir menyingsing dan suara kokokkan ayam mulai nyaring bersahutan. Carlos yang tengah asik memecahkan misteri relief itu, sama sekali tak berkutik menyadari pagi telah menyapa.

"Hey, Carlos! Hari sudah mulai pagi. Aku rasa lebih baik kita pulang dan istirahat sekarang. Perutku sangat lapar"

"Sebentar Gerald." 


 "Kita bisa kembali lagi nanti. Perutku sudah tak tahan Carlos. Aku laparrrr"

"Oh Gerald, berhentilah merengek seperti bayi. Aku muak mendengarnya."

"Biarkan. Aku akan terus merengek sampai kau mau menyelesaikan penelitian ini dan menemaniku pulang."

"Baiklah baiklah anak manja. Aku akan pulang bersamamu sekarang."

Carlos merapihkan barang-barangnya dan menyimpan hasil analasisnya ke dalam ransel.

Gerald tertawa dan merangkul sahabatnya itu, "Maafkan aku Carlos, ini demi kebaikanmu juga. Kau tentu perlu istirahat untuk tetap bugar memecahkan misteri ini."

"Kau selalu jadi orang yang paling mengerti aku Gerald"

"Oh tentu saja, aku, Gerald Niollan. Adalah orang yang paling mengerti kau, Victorian Carlos, si ceroboh menjengkelkan. Karena aku mendapat kutukan menjadi sahabatmu Carlos. Sial sekali bukan?"

"Sesungguhnya aku pun tak sudi bersahabat denganmu manusia aneh" Carlos memukul lengan Gerald dan mereka tertawa bersama.


Matahari sudah mulai terik saat Carlos dan Gerald tiba di pondok mereka. Bangunan sederhana yang mereka tempati untuk melakukan penelitian.

"Kau mandilah dulu Carlos. Aku akan menyiapkan makanan untuk kita" Gerald beranjak ke dapur dan memeriksa bahan makanan yang masih tersisa untuk dimasak.

Asap mulai memenuhi cerobong pondok mereka, membuat suasana hutan lebih berpenghuni.

Sepersekian menit setelah Gerald selesai memasak dan menata makanan ke meja makan. Carlos keluar dari kamar dan membawa 2 botol minuman bersoda ke atas meja.

"Hey, aku tak tau kau menyembunyikan minuman itu dariku Carlos."

"Hahaha karena aku tak akan membiarkan kau tau dan menghabiskannya begitu saja"

"Oh ayolah, aku tak serakus itu Carlos"

Gerald melemparkan sendok ke arah Carlos dan.. meleset. Carlos dengan cekatan menghindar dan berhasil duduk di kursi dengan rapi.

"Sebaiknya kau segera mandi Gerald, baumu mengganggu selera makanku"

"Sialan kau hahaha"


 Gerald memutuskan untuk segera mandi sebelum Carlos mulai menyeramahinya lagi.

Tubuhnya terasa lebih segar setelah mandi. Dan Gerald menikmati sarapannya bersama Carlos. Mengobrol tentang banyak hal. Hingga sarapan mereka habis tak bersisa.

Selesai mencuci piring dan merapikan meja. Gerald dan Carlos memilih untuk mengistirahatkan tubuh mereka sejenak. Menyiapkan tubuh untuk melanjutkan penelitian.

***

"Kau tak akan bisa mengalahkanku Carlos! HAHAHA"

Seorang pria berjubah hitam mencoba mengejar Carlos dan menghunuskan pedangnya berkali-kali.

"Siapa kau keparat?! Tunjukan wajahmu!" Carlos mencoba menghindar dan mengenali pria itu. Namun nihil. Malam terlalu pekat untuk membiarkan Carlos mengenalinya lebih jelas.

"Akulah orang yang selama ini kau cari Carlos"

"Si..siapa kau?!!"

Carlos mulai ketakutan dan lelah menghindar. Carlos tak bisa berbuat apa-apa ketika pria itu mendekat. Pedangnya mengayun pelan. Dan..

Blesh! Darah..


 Carlos tertegun dan menengadah. Ada yang aneh. Dia tak merasakan sakit sedikitpun. Lalu darah siapa ini? Jika bukan dia yang tertusuk, lalu siapa?

Carlos mengerjapkan matanya tak percaya. Mencoba menalar kembali apa yang terjadi.

Kini dihadapannya, ibunya terduduk lemas dengan tubuh bersimbah darah. Dan pria itu tertawa tak berdosa. Seakan tak ada yang terjadi.

"Kau salah, mengertilah. Aku tak pernah mengkhianatimu. Dia adalah a..nak..." wanita itu memejamkan matanya sebelum sempat melanjutkan kalimatnya. Carlos terpaku melihat ibunya kini tak bernyawa. Hatinya terasa terbakar, Carlos menarik pedang di sarung pinggangnya dan menghampiri pria itu.

"Pengecut! Dia tak bersalah! Ibuku, dia tak bersalah bajingan! Dan kau membunuhnya."

Air mata Carlos membasahi pedangnya yang keemasan. Membuat sebuah kilauan menyilaukan disana.

"Terima ini. Aku akan membunuhmu bajingan!!" Carlos mengangkat pedangnya dan Deg! Kilauan pedangnya bersinar.


 Carlos tertegun dan menengadah. Ada yang aneh. Dia tak merasakan sakit sedikitpun. Lalu darah siapa ini? Jika bukan dia yang tertusuk, lalu siapa?

Carlos mengerjapkan matanya tak percaya. Mencoba menalar kembali apa yang terjadi.

Kini dihadapannya, ibunya terduduk lemas dengan tubuh bersimbah darah. Dan pria itu tertawa tak berdosa. Seakan tak ada yang terjadi.

"Kau salah, mengertilah. Aku tak pernah mengkhianatimu. Dia adalah a..nak..." wanita itu memejamkan matanya sebelum sempat melanjutkan kalimatnya. Carlos terpaku melihat ibunya kini tak bernyawa. Hatinya terasa terbakar, Carlos menarik pedang di sarung pinggangnya dan menghampiri pria itu.

"Pengecut! Dia tak bersalah! Ibuku, dia tak bersalah bajingan! Dan kau membunuhnya."

Air mata Carlos membasahi pedangnya yang keemasan. Membuat sebuah kilauan menyilaukan disana.

"Terima ini. Aku akan membunuhmu bajingan!!" Carlos mengangkat pedangnya dan Deg! Kilauan pedangnya bersinar.


 "A..a..yah?"

Carlos mengenali wajahnya. Ya! Pria ini adalah pria yang ada di foto pernikahan ibunya. Pria yang selama 17 tahun dinanti oleh ibunya. Pria yang tak pernah sedikitpun Carlos temui.

"Hahaha, ayo bunuh aku Carlos. Bunuhlah ayahmu ini. Ya, akulah ayahmu!"

"Ta..tapi, bagaimana mungkin. A..a..yah? Bukankah kau telah..."

"Ibumu berbohong Carlos, aku masih hidup. Ibumu menyembunyikan fakta jika aku adalah ayah sekaligus malaikat kematianmu hahaha"

Carlos menegang. Tubuhnya penuh dengan peluh yang membasahi keningnya.

"Tidak! Ini tidak mungkin!! Tidak!!!"

***

"Hey Carlos, bangunlah! Carlos!" Gerald menggoyang-goyangkan tubuh Carlos.

Carlos mengerjapkan matanya, "ah, aku dimana?"

"Tentu saja di pondok kita Carlos. Apa kau tak apa-apa?"

"Ya, aku tak apa-apa. Hanya saja aku mendapat mimpi yang mengerikan"

"Benarkah? Tentang apa?"

"Ibuku, dan juga ayahku."

"Ayahmu? Bukankah dia sudah?"

"Entahlah. Mimpi yang mengerikan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar