Sepasang tatap mata,
seperti gerimis yang menitik di permukaan wajah,
berderai, melerai,
lambat lindap genang dalam kenang.
Kau dan aku begitu masyuk dalam gaduh yang bagai bening mengambang di udara,
di telinga; debar di dada,
larut segala gundah dan nestapa.
Bahkan, dengan langgam yang paling sumbang engkau menembang bintang.
Mampu menerangi legam kerling senyumku
--lamat membalut kesakitanku.
Pada ingatan yang merekam sapa pertamamu,
kubiarkan gemanya tembus hingga di dasar kalbu,
dan segala kesedihan, luruh satu-satu
dalam senyum dan canda-tawamu.
(Kunang-Kunang; Delbin Clyte)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar