Kamis, 15 Juni 2017

Terekspos Pilar

Aku merasa sepi. Kadang perasaanku selucu ini ketika logika memaksaku mengakui bahwa aku tidak sendirian, begitu banyak orang dan hiruk pikuk dunia menemani hariku dengan setia. Tuhan telah memberiku keluarga yang utuh mencintaiku, teman-teman yang begitu baik mendukung segala niat baikku melangkah maju tanpa perduli sebagian dari diriku merintih. Ingin pulang. Kembali pada alam. Takdir memang sulit di tebak bahkan untuk menerka sedikit saja aku sering keliru. Begitupun dengan takdir yang beberapa hari lalu Tuhan goreskan dalam lembaran masa depanku kelak. Aku lulus sbmptn, diantara ribuan atau mungkin jutaan siswa-siswi yang mengikuti test, aku berhasil menikmati jerih payahku yang tak begitu maksimal aku tuai. Tuhan begitu agung.. Aku mempercayainya sebagai Yang Hak Atas Segala Hak. Termasuk hidupku yang hanya seorang hamba. Aku terkejut, bangga sekaligus kecewa pada waktu yang bersamaan. Semua diluar batas logikaku. Meliar dalam imaji yang tidak menentu. Harapanku tentu saja aku memang mengharapkan kelulusan ini. Tapi ekspektasinya begitu memutar dari apa yang aku lakukan. Aku telah pesimis, apa aku bisa? Sekali lagi kuagungi kalimatNya, "Kun Faya Kun". Sekalipun aku menyerah. Ketika hatiku begitu ikhlas pada sebuah kegagalan yang mungkin akan aku jumpai di kemudian hari. Tuhan membangunkan sepiku. Sebuah harapan kembali muncul di tengah letupan-letupan gundah yang sedang melalang buana dalam pikiranku. Subhanallah. Aku lulus di pilihan ketiga dalam test itu. Dengan jurusan kehutanan yang mungkin sebagian masyarakat menyepelehkannya. Aku mengerti, masih sangat tabu jalan ini bagiku. Tapi Tuhan telah memberiku kesempatan untuk berbakti, tak akan aku sia-siakan. Jika aku di takdirkan untuk barada dalam alam, mencintai ciptaanNya yang sungguh luar biasa. Maka aku akan melakukannya dengan senang hati dan berbangga. Inilah cara Tuhan mendewasakanku dengan lebih dekat mengagumiNya.

Quote yang sangat melekat pada ingatanku yang beberapa tahun ini aku jadikan pedoman mengejar mimpi bahwa, "Hasil tidak akan mengkhianati USAHA". Ya. Telak bagiku untuk memahami maksudnya. Aku ikhlas, mengerti dan menerima. Usahaku tidak sekosisten mereka yang berada jauh di depanku. Aku lemah. Aku tidak sebaik mereka mengatur waktuku semaksimal mungkin. Kini, mimpiku meneruskan impian seseorang yang sangat aku kasihi di pendidikan putih abu-abu ku memudar. Mungkin ada retak-retak kecewa dan sunggu ini semua salahku, menciptakan jarakku sendiri diantara kami semakin jauh dari pandangan. Aku tidak menemuinya bukan karena aku telah lupa, sungguh 'tidak'. Tidakku adalah nyata dan akan selalu ada. Aku mencintainya, dia orang yang aku hormati setelah orang tuaku. Hanya saja aku memang pengecut ulung. Mataku tak akan sanggup melihat raut kecewa pada hatinya yang tulus. Meski nantinya akan ia sembunyikan mati-matian. Aku tahu. Kecewanya karena kecerobohanku tentang waktu. Dan senyumnya tetap tak dapat mengubah itu sedikitpun.

Aku Merindukanmu, Bu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar